Selasa, 01 Juni 2010

Derita Membawa Jalan Cinta

Setelah membaca kisah hidup Jalaludin Rumi, Kahlil Gibran, Pema Chodrom, Mahabarata dan tulisan Gede Prama. Ternyata derita itu bisa mencerahkan.

Derita memang mempunyai wajah ganda, menyakiti atau membuat suci. Derita yang penuh kesakitan, apabila manusia penuh api sakit hati dan balas dendam. Derita yang membuat suci, apabila dalam derita ada bimbingan kehidupan. Manusia dapat mendekati cahaya, dalam gelap maupun terang.

Orang yang beruntung, yaitu mereka yang dibuat suci oleh derita, karena banyaknya derita, ia menjadi seagung samodera.

Kebahagiaan memang menawan, tetapi tidak mengajarkan apa apa.

Derita memang penuh air mata, tetapi membuat manusia menjadi lebih sempurna. Bukankah Jalaludin Rumi, bercahaya akibat derita kehilangan guru dan buku, Kahlil Gibran, lahir dan tumbuh dalam penderitaan. Arjuna, meraih pencerahan dalam kesedihan amat mendalam. Pema Chodrom, memasuki gerbang pencerahan, setelah langit kesetiaannya pada suami diruntuhkan oleh perceraian.

Derita kerap membuat manusia peka. Derita memaksa manusia menyadari secara mendalam, bahwa dirinya saling terhubung dengan makluk lain dalam kehidupan.

Apa yang dilakukan seseorang di dalam kehidupan, seperti menjadi: baik-buruk, suci-kotor, benar-salah, akan kembali ke dalam dirinya sendiri.

Derita juga membuka jendela cinta. Seperti pencarian jiwa ke dalam diri melalui puasa, zikir dan doa. Amat jarang seseorang yang berdoa minta agar menderita. Tetapi kenapa derita tetap saja berkunjung sebagai tamu kehidupan, kadang datang melalui bencana, kematian, kesialan, kegagalan.

Apabila seseorang telah diterangi pemahaman tentang derita, maka akan tertanam dalam diri “ derita membuka jalan cinta.” Dan tau, bahwa derita juga sebentuk cahaya penerang perjalanan.

Bukankah kedalaman hati bisa membuka diri ke dalam batin yang menemukan puncak keheningan dalam aneka guncangan.

0 komentar:

Posting Komentar