Jumat, 25 Juni 2010

Keadaan Manusia


Keadaan manusia ada dua.
Yaitu keadaan menderita dan sentosa.

Keadaan menderita.
Apabila menderita, hendaklah bersabar, dengan berusaha sendiri, (merupakan peringkat yang paling tinggi). Kemudian memohon agar ridha dengan qada’ dan qadar Allah serta lelap di dalam qadha’ dan qadar itu.

Keadaan sentosa
Apabila dalam keadaan kesentosaan hendaklah memohon agar dapat bersyukur. Dengan cara: dilakukan dengan lidah, dengan hati, dengan anggota badan.

Bersyukur dengan lidah.
Menyadari diri, bahwa karunia itu datang dari Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan manusia, diri sendiri, usaha, kekuasaan. Diri kita dan orang lain itu hanyalah merupakan alat Tuhan saja. Pada dasarnya yang memberi, yang menngerakan, yang menciptakan, pelaku dan sumber karunia itu adalah Allah semata. Contohnya; kita akan memandang baik pada seseorang pemberi hadiah, tetapi bukan kepada pembawa hadiah ter sebut. Firman Allah: Mereka hanya mengetahui yang lahir saja, dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai (QS, 30:7)

Bersyukur dengan hati.
Bersyukur dengan hati adalah mempercayai dan meyakini dengan sesungguhnya, bahwa kita dan apa saja yang kita miliki. Seperti kebaikan, kesenangan lahir dan batin datang dari Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pemurah. Sebagaimana firman Allah: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemadharatan, maka hanya kapada-Nya-lah kamu meminta pertolongan (QS, 16:53). Firman-Nya lagi: tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang member penerangan. (QS. 31:20)

Bersyukur dengan menggunakan anggota badan.
Bersyukur dengan menggunakan anggota badan ialah menggunakan anggota badan itu hanya untuk beribadah kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya. Kamu dilarang melakukan perintah makhluk, jika perintah itu bertentangan dengan perintah Allah atau menentang Allah. Hendaklah kita taat kepada Allah yang semua makluk tahluk kepada-Nya. Jadikanlah pemimpinmu. Jika kita lebih mementingkan atau mendahulukan yang lain selain Allah, maka kita telah menyelewengkan dari jalan yang lurus dan benar, kita men-zhalim-i diri kita sendiri. Allah berfirman: Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka(pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak Kisas)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang zhalim. (QS. 5-45).

Kita harus bersabar jika ditimpa duka cita dan bersyukur jika menerima suka cita. Janganlah marah kepada orang lain, apabila kita ditimpa musibah dan jangan pula menyalahkan Allah serta meragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya untuk kita di dunia dan akhirat. Jangan pula kita berharap kepada orang lain untuk melepaskan diri dari malapetaka, karena akan membuat kita syirik.

Segala sesuatu adalah milik Allah dan tidak ada yang turut memilikinya bersama Dia. Tidak ada yang memberikan mudharat dan manfaat, menimbulkan bencana atau kedamaian dan membuat sakit atau sehat,semua kepunyaan Allah.dan kita tidak mempunyai daya apapun. Marilah kita bersabar, ridha, menyesuaikan diri dengan Allah dan tenggelamkan diri ke dalam lautan perbuatan-Nya.

Apabila kita tidak diberi seluruh berkat dan karunia, marilah memohon kepada Allah dengan merendahkan diri kita dan iklas. Marilah mengaku dosa dan kesalahan kita serta meminta ampun kepada-Nya. Marilah mengakui ke-tauhid-an dan karunia Allah. Janganlah menyekutukan apa-apa dengan Allah Yang Maha Esa dan ridhalah dengan-Nya, agar suratan takdir dan malapetaka itu bisa terhindar. Setelah tiba saat bencana itu habis, maka datanglah kesenangan dan kesentosaan, seperti yang terjadi kepada Nabi Ayyub a.s.. seperti hilangnya gelap dan terbitnya terang siang atau malam seperti berakhirnya musim dingin dan bermulanya musim panas.sebab segala sesuatu itu ada batas, waktu dan matinya. Segala sesuatu mempunyai lawannya. Maka dari itu kesabaran adalah kunci, awal dan akhir serta jaminan kebajikan. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Pertalian antara sabar dengan iman itu bagaikan kepala dengan badan”. Dan beliau bersabda pula, “Sabar itu adalah keseluruhan iman”.

Terkadang syukur datang melalui rasa senang menikmati karunia Ilahi yang dilimpahkan kepada kita. Maka syukur itu adalah menikmati karunia-Nya di dalam keadaan fana’-nya diri kita dan hilangnya kemauan serta keinginan kita untuk menjaga dan memelihara batas-batas hukum. Inilah titik atau stasiun kemajuan terjauh yang bisa dicapai. Ambillah contoh teladan dari apa yang telah kukatakan kepadamu, niscaya jika Allah menghendaki, kamu akan mendapatkan bimbingan Allah Yang Maha Mulia.

0 komentar:

Posting Komentar