Selasa, 16 November 2010

Cerita Untuk Anakku

Kalau Mom bawakan mainan berwarna, apakah kau tahu kenapa anakku?

Lihatlah di kolam banyak permainan aneka warna yang mengapung di permukaan air,

Mengapa ada bunga teratai berwarna-warni?

Karena hidup memang berwarna anakku

Kalau Mom bernyanyi, lalu kakak memetik dawai gitar dan kau memetik dawai bass,

Tahu benarlah Mom, mengapa ada lagu di dalam daun dan mengapa ombak mengirimkan suaranya sampai ke hati bumi?

Karena hidup penuh rahasia anakku

Kalau Mom bawakan cokelat, kau pasti memeluk Mom

Apakah kau tahu, mengapa ada madu di kelopak bunga, dan mengapa buah-buahan berasa manis?

Karena hidup ini memang manis anakku

Kalau Mom cium keningmu , engkau pasti tersenyum buah hatiku

Pastilah Mom tahu, apa bahagia itu yang mengalir dari langit lewat matahari pagi, dan menikmati sejuknya musim panas yang mengusap badanmu

Karena hidup penuh kebahagiaan dan kehangatan anakku

Kalau Mom cium pipimu, engkau pasti tersenyum juga anakku sayang

Tahukah hidup itu penuh kasih dan damai

Kalau Mom berkata jadilah anak yang jujur, bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab,

Karena itu dalah bagian dari kehidupan anakku.

(16 tahun yang lalu kau di lahir di Palembang, 16 November 1994 )

Sabtu, 13 November 2010

Mengenang Ibu

Cinta Ibu adalah tanpa syarat
Apa yang harus kulakukan Cuma menjadi diriku inilah, menjadi anaknya
Cinta Ibu tak perlu diminta
Karena Ibu adalah perahu, maka Ibu membawa anak-anak ke dermaga kebahagiaan,
Anak-anak adalah penumpang, perahu akan mengembangkan layarnya, untuk membawa anak-anak sampai tujuan dengan selamat
Ibu merupakan pelepas dahaga, jika kita merasa haus
Ibu sebagai penyejuk di saat kita kepanasan
Ibu bisa membawa jalan tengah, jika kita bimbang
Ibu selalu memberi, tidak seperti neraca yang selalu dipertimbangkan
Ibu selalu identik dengan kasih, disetiap elusannya sebagai tetes embun di pagi hari
Ibu sebagai matahari yang selalu menyinari kehidupan
Ibu sebagai lilin di tengah kegelapan
Ibu kasihmu sangat abadi

Maka untuk
Bunda akan kurangkai mutiara di lehermu dengan air mata kasih dan terima kasihku
Bintang gemerlap keemasan mengikat pergelangan tangan, dari cahaya bintang dan rembulan, sebagai penghias tanganmu
Tetapi kau pindahkan semua perhiasan dan kau gantungkan di dadamu
Kau bentuk karakter dan prinsip sedemikian rupa
Sedihku selalu kau ambil alih kau ganti dengan kegembiraan
Engkau selalu menghadiahi senyum beserta restumu Bunda

(Mengenang 10 tahun wafatnya almarhumah ibunda Y.R. Suyatmi Sukardi. Rest In Peace, Trenggalek 15 November 2000-2010)

Rabu, 29 September 2010

Obor Yang Tidak Berguna

Di pinggir sungai di belakang rumah, diantara pohon pisang yang berbuah dan daunnya telah menguning. Kutanya seorang ibu setengah tua, “Ibu, kemanakah engkau pergi, kenapa engkau lindungi obormu dengan bajumu? Tidakkah kau takut terbakar? Ibu rumahku gelap dan sunyi , bolehkah aku meminjam obormu?” sesaat kemudian diangkatlah mukanya yang mulai ada garis-garis penuaan , bersama sorot matanya yang tajam ditatapnya mukaku dalam temaram senja, “Aku datang ke tepi sungai ini untuk menghanyutkan oborku di atas arus, apabila cahaya siang menghilang di sebelah barat”. Sendiri aku berdiri diantara pohon pisang yang berbuah dan daunnya telah menguning itu dan kulihat cahaya obor malam, hanyut bersama aliran sungai tiada berguna.

Dalam sepinya malam kutanya pada orang lain yang lewat, “Ibu, obormu telah engkau pasang, mau kemanakah engkau pergi dengan obormu itu? Rumahku gelap dan sunyi , pinjamilah aku obormu itu”. Sesaat kemudian diangkatlah mukanya yang mulai ada garis-garis penuaan bersama sorot matanya yang tajam ditatapnya mukaku dan sekejap, bimbang si Ibu. Lalu Ibu berkata, “ Aku datang untuk mempersembahkan oborku pada langit”. Aku berdiri dan sunyi, kulihat cahaya obornya marak di udara, tak ada gunanya.

Dalam gelap dini hari, tak ada bulan dan bintang, kutanya ibu tua lain yang lewat, “ Ibu apakah yang kau cari dengan obor sedemikian dekat ke hatimu”. Ia diam sebentar, termenung dan menatap mukaku dalam gelap dan sunyi. “ Aku bawa oborku, untuk ikut pesta obor”. Aku berdiri dalam sepinya dini hari. Kulihat obornya hilang tenggelam diantara obor yang banyak, tak sedikitpun obor yang digunakan semestinya.

Jumat, 17 September 2010

Pulang

Akhirnya semua pulang padakesendirian
Kemana keperkasaan itu?
Semua berubah menjadi rapuh
Tanpa daya dan sunyi
Di makam itu
Tempat tinggal yang telah menghadapMu
Dengan kekal abadi

Dengan kebersihan hati
Mari menyulam waktu yang tak terukur
Menjahit rentang yang panjang
Marilah membasuh muka dengan pasrah
Bersama suara azan Yang berarti mendengar cerita panjang kehidupan
Untuk bersyukur bersama sang khalik

Kamis, 16 September 2010

Nyanyian

Nyanyian itu serasa membelah angkasa, karena keindahan

Membuat mataku menjadi basah

Nyanyian itu menghaluskan rasa dan raga

Mencairkan kekerasan menjadi keindahan dan keselarasan

Puji-pujian mengembangkan kepak sayap burung terbang ke angkasa

Ku terdiam mendengarkan

Nyanyian itu menerangi dunia

Helaan nyanyian itu berhembus dari langit menuju langit


Selasa, 31 Agustus 2010

Kekasih Gelap

Ku mencintaimu lebih dari apapun

Meskipun tiada satu orangpun yang tahu

Ku mencintaimu sedalam-dalamnya hatiku

Meskipun hanya kekasih gelapku

Yakinlah bahwa engkau adalah cintaku

Yang kucari selama ini dalam hidupku

Dan hanya padamu kuberikan sisa cintaku

Yang panjang dalam hidupku

Kumencintaimu sedalam-dalamnya hatiku

Meskipun engkau hanya kekasih gelapku

Kumencintaimu lebih dari apapun

Meskipun tiada satu orangpun yang tahu

Kumencintaimu sedalam-dalam hatiku

Meskipun engkau hanya kekasih gelapku

Kekasih gelapku

Mereka berdua menyimak dan menghayati lagu dari group band ‘ungu’, yang dinyanyikan oleh Pasha, sampai lagu itu tak terdengar lagi melodinya. Sang lelaki memegang kendali, di balik kemudi yang dikendarainya dengan cermat dan hati-hati. Sepertinya sang lelaki tidak mau masuk ke lubang jalan yang membuat wanitanya terguncang oleh lubang. Maka dia kemudikan sangat hati-hati. Hati-hati sekali.

Sang wanitapun meresapi syair lagu itu dengan begitu dalamnya. Apakah lagu itu diciptakan khusus untuknya? Atau hanya kebetulan mirip dengan perjalanan hidupnya. Dari balik kaca jendela kendaraan yang mereka tumpangi tampak hujan turun begitu lebatnya. Hujan itu disebarkan oleh langit merata di bumi. Udara pendingin di dalam kendaraan terasa kalah dingin oleh guyuran hujan dari luar. Terasa menusuk ke dalam pori-pori kulit. Bulu tangan jadi berdiri, menggigilkan tengkuk. Hujan seperti tirai benang panjang, tak berhenti. Ujung-ujung hujan menari di jalannan. Pepohonan basah. Tampak burung melipat sayapnya yang lelah. Melawan dinginnya muram hati. Apakah sang petualang tau tentang rindu dan sepi?

Sang lelaki yang berada di balik kemudi, membaca apa yang ada dalam pikiran sang wanita. Maka ia menegaskan, bahwa lagu itu diciptakan untuk sang wanita kekasih gelapnya yang duduk di sampingnya itu. Betapapun hanya diberi sisa cintanya sang kekasih gelapnya tak memusingkannya.

Apakah lelaki hanya memiliki satu cinta? Seperti aliran sungai. Bisa mengalir kemana-mana belok ke kiri belok ke kanan. Tapi sebenarnya satu arus saja. Karena sejauh debur ombak. Arus sungai tak pernah lupa pada batu-batu, pasir dan para lumut.setabah itu arus menuju muara, membelah ombak. Arus melewati sejarah lengang, dan panjang. Dari hulu menuju samodra yang selalu riuh dengan ombak. Ombak selalu pulang ke pantai. Membuat istana pasir, mungkinkah? Ombak pergi ombak datang. Pantai begitu setia dan sabar menerima ombak.

Sebagai kekasih gelap. Apakah seperti fatamorgana? Yang selalu mengelabuhi pandangan. Fatamorgana selalu ada di saat matahari memancarkan sinarnya dengan terang. Fatamorgana indah dari jauh. Seperti genangan air yang cemerlang penuh dengan uap di tengah jalan beraspal. Tetapi jikalau didatangi kemana air itu?

Hujan telah mereda, dari kejahuan terlihat matahari yang menyembul di balik bukit nan hijau, begitu indahnya dan sangat anggun. Ternyata semua itu mengelabuhi pandangan. Setelah di dekati kehijauan itu tampak pecah cokelat dan bolong-bolong gundul. Dalam menyusuri bukit sang wanita sepertinya merasakan betapa sakit dibabat habis, dibakar sampai asap-asap mengabut kelabu seperti hatinya. Sampai kapan perih itu berakhir? Setelah menyusuri bukit, di kiri kanan jalan tampak sepasang kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya diantara bunga-bunga dan kemilau cahaya matahari. Bunga-bunga itu seperti menaiki puncak gelombang cahaya di antara mega yang berarakan, tampak kemilau permata nan mewah. Kegembiraan sepasang kupu-kupu membuncah diantara bunga-bunga yang mulai mekar yang tiada habis. Tak terputus oleh tepian aliran sungai.

Apakah sang wanita mempunyai mata hati? Kenapa dia mau saja menyandang sebutan sebagai kekasih gelap? Bukankah mata hati itu bagian darihidup yang tak pernah lepas. Mata hati tak pernah bosan mengirimkan tanda-tanda kapan berhenti, kapan berpikir ulang, untuk melakukan sesuatu. Yang berupa rasa tak nyaman, tak patut dan tak layak. Mata hati akan terasah, dengan memberi tanda-tanda secara nyaring. Mata hati akan bisa berbagi, berempati, peduli dan respek terhadap orang lain. Mata hati bisa menjadi kunci untuk kejernihan hidup, terutama untuk yang tidak berdaya. Apakah mata hati sang wanita telah pupus? Kenapa sang wanita masih mau menjadi kekasih gelap? Kenapa tidak merasa bersalah?Apa karena ia hanya minta sedikit saja, tidak banyak, dari sisa candu yang menjadikannya terbang ke awan?

Sang lelaki memikirkan kehidupannya sendiri. Kenapa jikalau berada di rumah sering berselisih pendapat? Bagaimana bila jeda sesaat dari keributan dan keramaian? Apakah satu sama lain tak paham akan laku masing-masing? Marilah kita lihat aliran air yang terus bergerak menuju lautan yang mengumpul, di setiap perjumpaan melebur menjadi satu.

Sang wanita kekasih gelap itu sangat jauh dari hiruk-pikuk kehidupan yang tak tentu rimbanya. Mungkin dia sadar posisinya. Karena di dalam hatinya selalu tertanam, bahwa dialah yang paling hina. Maka dari itu, tak ada pilihan yang lebih baik untuk menemukan kebahagiaan, kecuali rendah hati. Karena meletakkan diri di tempat terendah, tak seorangpun bisa menghina. Karena tak bisa dihina , dia bahagia dimanapun berada. Mungkinkah ini yang membuat sang lelaki tak bisa melepaskannya. Dan kekasih gelap itu telah berubah menjelma sebagai cahaya yang menyejukkan mata,cerah menenangkan hati. Ah, sang wanita menari di dalam kehidupan kekasihnya. O, langit terbuka, angin semilir menari-nari, tertawa berlayar menuju daratan.

Di saat dalam kesendiriannya, sang wanita berpikir. Kenapa mau saja menjalani hidup seperti ini? Apakah ia hanya menuruti kata hatinya? Bahwa cinta itu mengandung lebih banyak kesedihan dari pada keindahan. Karena keindahan lahir dari kesedihan. Dia suka mendengarkan keindahan suara seruling nan merdu itu. Tahukah bahwa seruling itu dibuat dari ratapan bambu yang dipotong, dibelah paksa, diraut, dilubangi dan dihaluskan? Karena itu sang wanita ikut merasakan, bahwa ada kekuatan dalam kasih. Karena orang yang mengasihi adalah orang yang kuat. Kasih bisa mengalahkan keinginan diri sendiri. Dan kasih itu sabar yang sanggup menanggung segalanya . kasih tidak merasa disakiti. Kasih itu keindahan seutuhnya, di saat memberi tanpa merasa kehilangan walaupun kasih berlalu. Karena kasih sejati selalu tumbuh dan hidup di hati.

Di sepanjang perjalannan sang wanita menyimak kata-kata sang lelaki. Bahwa lebih enak jadi kekasih gelap, karena tidak ribet, tidak memikirkan tagihan utang. Disetiap pertemuan selalu penuh canda ria, baik-baik saja, selalu dipenuhi kebahagiaan, dan tidak pernah memikirkan yang sedih-sedih. Apakah ini kebahagiaan?

Di dalam hati sang wanita, timbul beberapa pertanyaan, kenapa tak banyak orang mau menjalani hidup seperti dirinya. Apakah tidak tahu, atau atau tidak mau? Apalah artinya pohon tanpa akar? Apalah artinya sungai tanpa mata air? Apalah artinya rumah tanpa tiang? Apalah artinya keluarga tanpa suami? Apalah artinya keluarga tanpa ayah? Apalah artinya keluarga tanpa anak? Apalah artinya suami yang kurang tulus dan melindungi anak istri? Disepanjang perjalanan itu seperti melewati lorong yang amat panjang. Dalam kebisuannya sang wanita bertanya yang tak pernah terjawab. Apakah cinta yang ada merupakan ego yang tersisa? Sunyi itu tak mampu menjawab.

Kata-kata sang lelaki masih terngiang-ngiang, sebagai kekasih gelap lebih dihargai, disayangi dan tidak pernah saling memarahi. Sang wanita sangat mengerti, bahwa kata-kata bisa memahami seseorang. Kata-kata bisa mengetahui kehidupan seseorang. Sang wanita itu sangat menyadari, seseorang harus memahami orang lain. Seseorang harus bisa menghormati kebahagiaan orang lain. Setiap orang tak boleh hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri.

Jumat, 09 Juli 2010

Perempuan Perih

Seorang perempuan bermata basah tertegun, dengan setangkai mawar di tangan, menatap ombak. Ombak selalu pulang ke pantai. Apakah ia mengerti? Apakah ia paham, bahwa membuat istana dari pasir itu mustahil? Karena ombak selalu dating, ombak selalu pergi dan pantai begitu setia dan sabar menerima ombak.

Perempuan itu telah meninggalkan pulau di masa kecilnya. Ia menuju pulau nan jauh, sebuah pulau yang menghijau, penuh bukit mineral bumi, dan beribu sungai mengular di dalamnya. Perempuan itu telah datang di pulaunya, tenyata yang dituju tetap sibuk dengan dirinya sendiri. Sudah berapa lama ia menunggu lelakinya? Ia pandangi dari kejauhan tampak perahu laju dari hilir ke hulu, ke mana lelakinya pergi?

Seorang perempuan bermata basah tertegun, dengan setangkai mawar di tangan, menatap laut. Tampak cahaya keemasan, bersama pagi yang menyapu pantai. Membuat pasir pantai berubah menjadi keemasan. Di saat lidah ombak kembali surut ke laut tampak onggokan batu karang. Batu karang sepertinya berubah-ubah. Kadang seperti perahu, terkadang berubah menjadi seperti orang termenung. Tetapi tetap saja teronggok sebagai batu karang. Sejak kapan? Semalam, satu tahun, atau beribu tahun yang lalu? Seperti diri lelakinya, yang entah sudah berapa lama tidak kembali. Kenapa tak kau pandang, walaupun dengan sebelah mata? Langkah perempuan itu timpang. Hingga tubuhnya terjerembab, tanpa ada orang menolong. Apalah artinya sabar, jika dibatasi oleh waktu? Seberapa kuat perempuan itu merawat ingatannya tentang lelaki yang telah meninggalkanya. Apakah bahtera rumah tangganya akan karam? Kelihatanya susah untuk dilayarkan ke segenap pelabuhan. Adakah jalan menuju ombak? Apakah ada payung yang tak berujung? Kenapa kau tinggalkan aku? Tampak kabut perkasa yang berkuasa menjaring laut. Lidah ombak berlumpur menjilati pantai. Tangan perempuan itu menggapai-gapai, kenapa tak sampai? Hatinya luka tak terlindungi. Laut terus berombak. Perahu yamg ditumpangi hampir karam. Kemana nahkodanya? Apakah harus menunggu perahu itu sampai tinggal kepingan kayu.

Seorang perempuan bermata basah tertegun, dengan setangkai mawar di tangan, menatap laut. Dia pandangi pantai yang tak bertepi itu, di sana tampak anak-anak yang berkumpul menari-nari bersorak riuh gembira. Ada yang bermain sepak bola dengan bola yang terbuat dari botol mineral bekas. Anak-anak mendirikan rumah dari pasir. Ada yang membuat kapal dari sehelai daun kering yang dilayarkan ke tengah pantai. Kenapa anak-anak tak melempar jala? Anak-anak malah mengumpulkan batu, lalu kembali dilempar ke laut. Tampak pencari mutiara menyelam dari kapalnya. Anak-anak tidak terganggu. Anak-anak berlarian ke tengah laut, berenang diangkat ombak, mereka tertawa-tawa bersama senyuman pantai. Ombak melagukan nyanyian seperti para ibu yang mengayun buaian bayinya. Jangan biarkan anak-anak berhenti bermain. Agar aku bahagia, agar tak teringat diri lelakinya.

Apakah perlu bercermin dari rasa cemas dan getas? Adakah kau menungguku? Atau aku harus menyusuri sendirian bersama jejak-jejak sepi, sehingga kaki dan hatiku penuh dengan duri. Kenapa kau tinggalkan aku sendiri? Padahal telah kuberikan jiwaku padanya. Aku sapukan keseluruh rohnya. Rohnya yang dulu putih, sekarang sedikit terbakar. Sampai terlihat guratan dipipimu yang menyerupai guratan dawai gitar yang dipetik di tengah pekatnya malam. Lelakiku, apakah kau hanya mimpiku? Tapi kenapa terlalu nyata bagi diriku? Apakah lelakiku masih menjadi bintang di langit yang paling atas?

Seorang perempuan bermata basah tertegun, dengan setangkai mawar di tangan menatap laut. Adakah sinar matahari yang abadi? Apakah kalau malam tiba sinar matahari tak meredup? Kapan bintang dan rembulan mengganti matahari? Di saat malam sirna, bulan bersama bintang menjadi cemerlang. Kenapa hatiku selalu muram? Seperti malam-malam tanpa bintang dan bulan yang meredup.Sunyi itu datang mengetuk pintu dan jendela sangat mengiba-iba. Seperti langkah berat seseorang yang terluka. Apakah kau dengar bunyi-bunyian ganjil itu? Siapa yang memanggil? Adakah yang melihat deritaku? Adakah yang dapat membalut luluh? Siapa juga yang dapat membasuh luka? Siapa dapat meredam gejolak? Siapa menggores di langit biru? Siapa meretas di awan? Lalu siapa yang mengkristal di kabut itu? Tuhanku, dalam termanggu aku menyebut namaMu.

Seorang perempuan bermata basah tertegun, dengan setangkai mawar di tangan menatap ombak. Ia masih juga termanggu di bibir pantai. Purnama di langit tak dihiraukanya. Dia bermimpi, apakah impianku terbentuk dari laut? Bersama keindahan komunitas laut. Apabila malam telah datang zooplankton melayang bercahaya di permukaan laut. Seperti kunang-kunang melayang lembut di antara batang dan akar pohon bakau yang saling berpaut. Dari manakah kunang-kunang berasal? Mungkin dari serpihan sayap peri yang menggeliat di waktu tidur yang mengibaskan sayapnya. Lalu memercikkan cahaya-cahaya yang melayang. Menyerupai cahaya lampu, para nelayan yang mengambang di laut di tengah nasibnya yang buram. Nelayan di laut apakah memiliki mimpi juga? Apakah impian itu bermakna? Sepertinya tidak, karena mereka tahu, bahwa tubuhnya adalah milik laut, maka pasrah saja, apabila direngkuh laut. Bagi nelayan, laut beku, laut dingin, laut hangat tak ada bedanya. Setelah ditiup angin yang bergerak seperti ada teriakan penari mistik. Dan jantung pun berhenti. Apakah nelayan pernah melihat secara detail? Bahwa di dalam laut menyimpan selain ikan, ada batu karang, bunga api, ubur-ubur. Coba pejamkan mata dan segenap inderamu. Akan terlihat, bahwa laut adalah dirimu sendiri. Hatimu laut, apakah hatimu juga seluas samudera?

Cakrawala sudah tak bisa menawarkan sinar yang terang. Hanya garis lengkung yang masih ada. Maka kesunyiaan akan mulai bicara, kesunyian akan bicara terus. Ia akan menulis tentang kesunyian, ia menatap terus kesunyian sampai pusat dari inti kesunyian. Gelap napas pun mewarnai kesunyian. Kesunyian membungkus jiwa, kesunyian membungkus bumi. Kesunyian menginjak bumi agar tenggelam.

Seorang perempuan bermata basah tertegun, dengan setangkai mawar di tangan. Menatap ombak. Ia ingin kembali kepangkuanNya. Ia terombang-ambing ombak. Semua terasa hilang. Asing dengan diri sendiri. Jauh dari kesejatian hidup. Bersama dengan jiwanya yang koyak ia merindukan malam yang anggun dalam sinar bulan purnama yang penuh bintang.
Sampailah ia di sebuah tempat, tetapi kenapa masih dengan tangisnya? Ia tetap menangis. Apakah lelakinya tahu? Kalau perempuan itu bertanya, siapakah aku ini? Tubuhku rapuh dan setengah tua. Dia terduduk kaku. Adakah yang menyihirnya? Kenapa ia menjadi rapuh dan penuh luka? Dalam jeda tangisnya ia berlari membawa obor. Setelah letih dan obornya mati terhempas ombak. Tampak tirai gelap mengambang, menyelimutinya. Bunga mawar yang selalu ia pegang jatuh menjuntai di permukaan laut. Apakah ia telah menemukan jalan kembali kepadaNya? Jalan pulang menuju ke tempat kekasih hatiNya? Di tempat mana langit biru lembut dan halus seperti permukaan agar-agar. Pohon-pohon dengan daun kehijauan ditimpa butiran embun yang bening seperti intan. Hingga segalanya tampak berkilau. Ada hamparan rumput hijau bagai beludru. Tampak bayang-bayang putih memanjang ditiup angin yang bila disentuh dengan ujung jemari seperti menyentuh kelembutan sutra berkibaran. Tampak gugusan awan putih bersih yang tiada bertepian, ada yang berlayar atas langit. Semua terasa sejuk indah yang tak pernah habis.

Selasa, 29 Juni 2010

Azan

Bersabdalah, maka hatiku akan terang
Aku diam dalam sujudku, menanti sabdaMu
Seperti malam menunggu ditemani bintang-bintang dengan sabar

Pagi telah datang, gelap telah pergi
Suara azan subuh membahana awan dan jatuh di dalam aliran emas
Azan itu membubung, sebagai nyanyian yang akan membuka hati
Seperti bunga mawar yang tumbuh di lembah hutan yang menghijau

Jumat, 25 Juni 2010

Keadaan Manusia


Keadaan manusia ada dua.
Yaitu keadaan menderita dan sentosa.

Keadaan menderita.
Apabila menderita, hendaklah bersabar, dengan berusaha sendiri, (merupakan peringkat yang paling tinggi). Kemudian memohon agar ridha dengan qada’ dan qadar Allah serta lelap di dalam qadha’ dan qadar itu.

Keadaan sentosa
Apabila dalam keadaan kesentosaan hendaklah memohon agar dapat bersyukur. Dengan cara: dilakukan dengan lidah, dengan hati, dengan anggota badan.

Bersyukur dengan lidah.
Menyadari diri, bahwa karunia itu datang dari Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan manusia, diri sendiri, usaha, kekuasaan. Diri kita dan orang lain itu hanyalah merupakan alat Tuhan saja. Pada dasarnya yang memberi, yang menngerakan, yang menciptakan, pelaku dan sumber karunia itu adalah Allah semata. Contohnya; kita akan memandang baik pada seseorang pemberi hadiah, tetapi bukan kepada pembawa hadiah ter sebut. Firman Allah: Mereka hanya mengetahui yang lahir saja, dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai (QS, 30:7)

Bersyukur dengan hati.
Bersyukur dengan hati adalah mempercayai dan meyakini dengan sesungguhnya, bahwa kita dan apa saja yang kita miliki. Seperti kebaikan, kesenangan lahir dan batin datang dari Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pemurah. Sebagaimana firman Allah: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemadharatan, maka hanya kapada-Nya-lah kamu meminta pertolongan (QS, 16:53). Firman-Nya lagi: tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang member penerangan. (QS. 31:20)

Bersyukur dengan menggunakan anggota badan.
Bersyukur dengan menggunakan anggota badan ialah menggunakan anggota badan itu hanya untuk beribadah kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya. Kamu dilarang melakukan perintah makhluk, jika perintah itu bertentangan dengan perintah Allah atau menentang Allah. Hendaklah kita taat kepada Allah yang semua makluk tahluk kepada-Nya. Jadikanlah pemimpinmu. Jika kita lebih mementingkan atau mendahulukan yang lain selain Allah, maka kita telah menyelewengkan dari jalan yang lurus dan benar, kita men-zhalim-i diri kita sendiri. Allah berfirman: Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka(pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak Kisas)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang zhalim. (QS. 5-45).

Kita harus bersabar jika ditimpa duka cita dan bersyukur jika menerima suka cita. Janganlah marah kepada orang lain, apabila kita ditimpa musibah dan jangan pula menyalahkan Allah serta meragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya untuk kita di dunia dan akhirat. Jangan pula kita berharap kepada orang lain untuk melepaskan diri dari malapetaka, karena akan membuat kita syirik.

Segala sesuatu adalah milik Allah dan tidak ada yang turut memilikinya bersama Dia. Tidak ada yang memberikan mudharat dan manfaat, menimbulkan bencana atau kedamaian dan membuat sakit atau sehat,semua kepunyaan Allah.dan kita tidak mempunyai daya apapun. Marilah kita bersabar, ridha, menyesuaikan diri dengan Allah dan tenggelamkan diri ke dalam lautan perbuatan-Nya.

Apabila kita tidak diberi seluruh berkat dan karunia, marilah memohon kepada Allah dengan merendahkan diri kita dan iklas. Marilah mengaku dosa dan kesalahan kita serta meminta ampun kepada-Nya. Marilah mengakui ke-tauhid-an dan karunia Allah. Janganlah menyekutukan apa-apa dengan Allah Yang Maha Esa dan ridhalah dengan-Nya, agar suratan takdir dan malapetaka itu bisa terhindar. Setelah tiba saat bencana itu habis, maka datanglah kesenangan dan kesentosaan, seperti yang terjadi kepada Nabi Ayyub a.s.. seperti hilangnya gelap dan terbitnya terang siang atau malam seperti berakhirnya musim dingin dan bermulanya musim panas.sebab segala sesuatu itu ada batas, waktu dan matinya. Segala sesuatu mempunyai lawannya. Maka dari itu kesabaran adalah kunci, awal dan akhir serta jaminan kebajikan. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Pertalian antara sabar dengan iman itu bagaikan kepala dengan badan”. Dan beliau bersabda pula, “Sabar itu adalah keseluruhan iman”.

Terkadang syukur datang melalui rasa senang menikmati karunia Ilahi yang dilimpahkan kepada kita. Maka syukur itu adalah menikmati karunia-Nya di dalam keadaan fana’-nya diri kita dan hilangnya kemauan serta keinginan kita untuk menjaga dan memelihara batas-batas hukum. Inilah titik atau stasiun kemajuan terjauh yang bisa dicapai. Ambillah contoh teladan dari apa yang telah kukatakan kepadamu, niscaya jika Allah menghendaki, kamu akan mendapatkan bimbingan Allah Yang Maha Mulia.

Kamis, 24 Juni 2010

Laut Malam

Ku duduk di atas kapal
Bersama sinar purnama dan para bintang di langit
Memandangi keindahan komunitas laut
Tampak kunang-kunang melayang lembut di antara pohon bakau
Yang akarnya saling berpaut
Dari manakah kunang-kunang berasal?
Mungkin dari serpihan sayap peri yang menggeliat di waktu bangun tidur yang mengibaskan sayapnya
Lalu memercikan cahaya-cahaya yang melayang seperti bintang malam

Di kejahuan permukaan laut tampak zooplankton melayang-layang mengeluarkan cahaya
Tampak para nelayan mencari ikan
Di tengah nasib yang buram

Nelayan di laut
Apakah mempunyai mimpi juga?
Apakah impian itu bermakna?
Sepertinya tidak
Karena mereka tau,
Bahwa tubuhnya adalah milik laut,
Maka pasrah saja apabila harus direngkuh laut
Untuk kembali ke pangkuan laut

Bagi nelayan
Laut beku, laut dingin, atau laut hangat tak ada bedanya
Setelah ditiup angin,
Suara ombak seperti penari mistik dan jantungpun berhenti

Para nelayang berbaris di permukaan air laut mereka seperti mengambang
Apakah kau pernah melihat laut secara detail?
Bahwa dalam laut menyimpan selain ikan yang harus dijaga
Ada bunga karang, bunga api, ubur-ubur
Coba pejamkan mata sejenak dan kerahkan seluruh inderamu
Akan terlihat, bahwa laut adalah dirimu sendiri
Hatimu laut
Apakah hatimu juga berlimpah seperti samodra?

Laut Malam

Ku duduk di atas kapal
Bersama sinar purnama dan para bintang di langit
Memandangi keindahan komunitas laut
Tampak kunang-kunang melayang lembut di antara pohon bakau
Yang akarnya saling berpaut
Dari manakah kunang-kunang berasal?
Mungkin dari serpihan sayap peri yang menggeliat di waktu bangun tidur yang mengibaskan sayapnya
Lalu memercikan cahaya-cahaya yang melayang seperti bintang malam

Di kejahuan permukaan laut tampak zooplankton melayang-layang mengeluarkan cahaya
Tampak para nelayan mencari ikan
Di tengah nasib yang buram

Nelayan di laut
Apakah mempunyai mimpi juga?
Apakah impian itu bermakna?
Sepertinya tidak
Karena mereka tau,
Bahwa tubuhnya adalah milik laut,
Maka pasrah saja apabila harus direngkuh laut
Untuk kembali ke pangkuan laut

Bagi nelayan
Laut beku, laut dingin, atau laut hangat tak ada bedanya
Setelah ditiup angin,
Suara ombak seperti penari mistik dan jantungpun berhenti

Para nelayang berbaris di permukaan air laut mereka seperti mengambang
Apakah kau pernah melihat laut secara detail?
Bahwa dalam laut menyimpan selain ikan yang harus dijaga
Ada bunga karang, bunga api, ubur-ubur
Coba pejamkan mata sejenak dan kerahkan seluruh inderamu
Akan terlihat, bahwa laut adalah dirimu sendiri
Hatimu laut
Apakah hatimu juga berlimpah seperti samodra?

Rabu, 23 Juni 2010

Pertengahan malam

Dalam hening waktu
Di pertengahan malam
Ku terbangun
Ku mengambil air wudlu
Ku bersujud menghadap Mu
Merenungkan sesuatu
Membiarkan pikiran,
Hati dan kalbu yang membara
Ku rasakan damai bertemu dengan Sang Khalik

Berdialog dengan Nya
Bersama angkasa Maha Luas,
Sebuah suasana syahdu merambat di dalam kalbu

Senin, 21 Juni 2010

Kekasih Gelap

"Ku mencintaimu lebih dari apapun
Meskipun tiada satu orangpun yang tahu
Ku mencintaimu sedalam-dalamnya hatiku
Meskipun hanya kekasih gelapku

Yakinlah bahwa engkau adalah cintaku
Yang kucari selama ini dalam hidupku
Dan hanya padamu kuberikan sisa cintaku
Yang panjang dalam hidupku

Kumencintaimu sedalam-dalamnya hatiku
Meskipun engkau hanya kekasih gelapku
Kumencintaimu lebih dari apapun
Meskipun tiada satu orangpun yang tahu
Kumencintaimu sedalam-dalam hatiku
Meskipun engkau hanya kekasih gelapku
Kekasih gelapku"

Mereka berdua menyimak dan menghayati lagu ‘ungu’ yang dinyanyikan oleh Pasha, sampai lagu itu tak terdengar lagi melodinya. Sang lelaki memegang kendali di balik kemudi yang dikendarai dengan cermat dan hati-hati. Sepertinya sang lelaki tidak mau masuk ke lubang jalan yang membuat wanitanya terguncang oleh lubang. Maka dia kemudikan sangat hati-hati. Hati-hati sekali.

Sang wanitapun meresapi syair lagu itu begitu dalam sekali. Apakah lagu itu diciptakan khusus untuknya? Atau hanya kebetulan mirip dengan perjalanan hidupnya. Dari balik kaca jendela kendaraan yang mereka tumpangi tampak hujan turun yang begitu lebatnya. Hujan itu disebarkan oleh langit merata di bumi. Udara pendingin di dalam kendaraan terasa kalah dingin oleh hujan dari luar. Terasa menusuk ke dalam pori-pori kulit. Bulu tangan jadi berdiri, menggigilkan tengkuk. Hujan seperti tirai benang panjang, tak berhenti. Ujung-ujung hujan menari di jalannan. Pepohonan basah. Tampak burung melipat sayapnya yang lelah. Melawan dinginnya muram hati. Apakah sang petualang tau tentang rindu dan sepi?

Sang lelaki yang berada di balik kemudi, sepertinya membaca apa yang ada dalam pikiran sang wanita. Maka ia menegaskan, bahwa lagu itu diciptakan untuk sang wanita kekasih gelapnya yang duduk di sampingnya itu. Betapapun hanya diberi sisa cintanya sang kekasih gelapnya tak memusingkannya.

Apakah lelaki hanya memiliki satu cinta? Seperti aliran sungai. Bisa mengalir kemana-mana belok ke kiri belok ke kanan. Tapi sebenarnya satu arus saja. Karena sejauh debur ombak. Arus sungai tak pernah lupa pada batu-batu, pasir dan para lumut.setabah itu arus menuju muara, membelah ombak. Arus melewati sejarah lengang, dan panjang. Dari hulu menuju samodra yang selalu riuh dengan ombak. Ombak selalu pulang ke pantai. Membuat istana pasir, mungkinkah? Ombak pergi ombak datang. Pantai begitu setia dan sabar menerima ombak.

Sebagai kekasih gelap. Apakah seperti fatamorgana? Yang selalu mengelabuhi pandangan. Fatamorgana selalu ada di saat matahari memancarkan sinarnya dengan terangnya. Fata morgana indah dari jauh. Seperti genangan air yang cemerlang penuh dengan uap di tengah jalan beraspal. Tetapi jikalau didatangi kemana air itu?

Hujan telah mereda, dari kejahuan terlihat matahari yang menyembul di balik bukit nan hijau, begitu indahnya dan sangat anggun. Ternyata semua itu mengelabuhi pandangan. Setelah dekat kehijauan itu tampak pecah cokelat dan bolong-bolong gundul. Dalam menyusuri bukit sang wanita sepertinya merasakan betapa sakit dibabat habis, dibakar sampai asap-asap mengabut kelabu seperti hatinya. Sampai kapan perih itu berakhir.

Apakah sang wanita mempunyai mata hati? Karena mata hati bagian darihidup yang tak pernah lepas. Mata hati tak pernah bosan mengirimkan tanda-tanda kapan berhenti, kapan berpikir ulang, untuk melakukan sesuatu. Yang berupa rasa tak nyaman, tak patut dan tak layak. Mata hati akan terasah, dengan memberi tanda-tanda secara nyaring. Mata hati akan bisa berbagi, berempati, peduli dan respek terhadap orang lain. Mata hati bisa menjadi kunci untuk kejernihan hidup, terutama untuk yang tidak berdaya. Apakah mata hati sang wanita telah pupus. Kenapa sang wanita masih mau menjadi kekasih gelap? Apakah merasa tidak bersalah, karena ia hanya minta tak banyak. Ia meminta sedikit saja dari sisa candu yang menjadikannya terbang ke awan.

Mungkinkah sang lelaki memikirkan tentang kehidupannya sendiri. Kenapa jikalau berada di rumah sering berselisih pendapat? Bagaimana kalau jeda sesaat dari keramaian? Apakah satu sama lain tak paham akan laku masing-masing? Marilah kita lihat aliran air yang terus bergerak menuju lautan yang mengumpul di setiap perjumpaan melebur menjadi satu.

Rupanya sang wanita itu sangat jauh dari hiruk-pikuk kehidupan yang tak tentu rimbanya. Mungkin dia sadar posisinya. Karena di dalam hatinya selalu tertanam, bahwa dialah yang paling hina. Maka dari itu, tak ada pilihan yang lebih baik untuk menemukan kebahagiaan, kecuali rendah hati. Karena meletakkan diri di tempat terendah, tak seorangpun bisa menghina. Karena tak bisa dihina , dia bahagia dimanapun berada. Mungkinkah ini yang membuat sang lelaki tak bisa melepaskannya.

Terkadang sang wanita berpikir. Kenapa mau saja menjalani hidup seperti ini? Apakah ia hanya menuruti kata hatinya? Bahwa cinta itu mengandung lebih banyak kesedihan dari pada keindahan. Karena keindahan lahir dari kesedihan. Dia suka mendengarkan suara keindahan seruling nan merdu itu. Tahukah bahwa seruling itu dibuat dari ratapan bambu yang dipotong, dibelah paksa, diraut, dilubangi dan dihaluskan? Karena itu sang wanita merasakan, bahwa ada kekuatan dalam kasih. Karena orang yang mengasihi adalah orang yang kuat. Kasih bisa mengalahkan keinginan diri sendiri. Dan kasih itu sabar yang sanggup menanggung segalanya . kasih tidak merasa disakiti. Kasih itu keindahan seutuhnya, di saat memberi tanpa merasa kehilangan walaupun kasih berlalu. Karena kasih sejati selalu tumbuh dan hidup di hati.

Di sepanjang perjalannan sang wanita menyimak kata-kata sang lelaki. Bahwa lebih enak jadi kekasih gelap, karena tidak ribet. Disetiap pertemuan penuh canda ria, baik-baik saja, selalu dipenuhi kebahagiaan, tidak pernah memikirkan yang sedih-sedih. Apakah ini kebahagiaan?

Kadang sang wanita berpikir dan di benaknya timbul beberapa pertanyaan kenapa tak banyak orang menjalani hidup seperti dirinya. Apakah tidak tahu, atau atau tidak mau? Apalah artinya pohon tanpa akar? Apalah artinya sungai tanpa mata air? Apalah artinya rumah tanpa tiang? Apalah artinya keluarga tanpa suami? Apalah artinya keluarga tanpa ayah? Apalah artinya keluarga tanpa anak? Apalah artinya suami yang kurang tulus dan melindungi anak istri? Di perjalannan itu seperti melewati lorong yang amat panjang. Dalam kebisuannya sang wanita bertanya yang sepertinya tak pernah terjawab. Apakah cinta yang ada merupakan ego yang tersisa? Sunyi itu tak mampu menjawab.

Kata-kata sang lelaki masih terngiang-ngiang, sebagai kekasih gelap lebih dihargai, disayangi dan tidak pernah saling memarahi. Sang wanita sepertinya sangat mengerti, bahwa kata-kata memahami seseorang. Kata-kata mengetahui kehidupan seseorang. Sang wanita itu menyadari, seseorang harus memahami orang lain. Seseorang harus bisa menghormati kebahagiaan orang lain. Setiap orang tak boleh hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri.

Sabtu, 19 Juni 2010

Terpasung?


Anakku bertanya
Terpasung itu
Apakah apabila memberi makanan diantar dari balik pintu kamar?
Makan tak ada yang menemani
Atau seperti orang yang tidak mempunyai kaki?
Apakah juga seperti orang yang tidak mempunyai sepasang mata?
Yang hanya bisa merasakan
Pedihnya saja
Atau sebaliknya
Yang bisa merasakan
Berada di suatu tempat
Dengan langit yang biru lembut halus seperti permukaan agar-agar
Batang pohon hijau ditimpa warna kecoklatan
Dengan daun-daun kehijauan
Butiran hijau yang bening seperti permata yang megah berkilau
Ada hamparan rumput hijau bagai beludru
Ada gugusan awan putih bersih
Seperti bayang-bayang putih memanjang bersama angin yang pucat kelabu
Yang bila disentuh dengan ujung jari seperti menyentuh kelembutan sutera berkibaran

Kamis, 17 Juni 2010

Air Mata

Kuterduduk di bangku taman yang hening
Pada hamparan rumput hijau
Antara daun luruh yang dibawa angin

Kurasakan lirihnya hembusan angin
Di kejahuan sana terdengar tangisan bayi
Dalam tempias tetes air bekas hujan

Getar azan dzuhur membelai-belai rambut
Yang membawa perjalannan
Untuk kembali ke dalam diri

Setelah air wudhu membasuh hati
Kenapa air mata yang bergulir
Menyerupai kata-kata
Yang tertulis pada kertas putih
Sebelum tulisan terbaca
Kenapa angin mengeringkan air mata?
Apakah matahari bisa menyulam air mata,
Menjadi untaian mutiara?

Senin, 14 Juni 2010

Cinta

Ada kekhusukan dalam keheningan
Di keheningan penuh doa

Ada kekuatan dalam kekurangan
Dikekurangan sumber kekuatan,
Karena sangup menanggung segalanya

Ada kekuatan dalam kesabaran
Dikesabaran sumber kekuatan,
Dan sanggup menanggung segalanya
Dikesabaran tidak pernah merasa disakiti

Ada kekuatan dalam cinta
Di dalam cinta sumber kekuatan,
Karena cinta bisa mengalahkan keinginan untuk diri sendiri

Cinta itu keindahan,
Keindahan seutuhnya,
Karena di saat memberi tanpa merasa kehilangan,
Walaupun cinta harus berlalu,
Karena cinta sejati terus tumbuh dan hidup di hati

Bintang

Kilau bintang
Membawa kekuatan dalam suka cita
Yang membuat kita kuat,
Karena tidak pernah larut yang berkepanjangan
Untuk menghadapi tantangan dan cobaan

Kilau bintang menerangi kebaikan yang menyebar keseluruh sanubari,
Damai, indah, cerah
Secerah harapan yang dilantunkan dan tak pernah putus.

Jalan Pulang

Memberi jejak menuju pulang
Aku tinggalkan jejak untuk anak anak
Jalan menuju ke rumah
Dengan pohon kasih yang lebat buahnya
Semoga anak anak tidak tersesat

Aku tinggalkan juga sebait lagu
Tentang bukit yang indah
Lembah nan landai subur menghijau
Tempat tinggal jiwa jiwa suci
Semua melambai dan memanggil manggil namaMu
Di setiap senja

Mereka begitu dekat, dan mungkin ingin memeluk
Dan pulang menuju jalanMu
Apakah yang di Langit tau
Bahwa mereka ingin kembali

Aku yakin yang di Langit tau
Siapa yang kembali pada Nya
Jalan pulang
Ke tempat yang sejuk, indah
Tak akan habis sepanjang waktu

Jiwa Yang Indah

Kantuk datangnya dari mana?
Di kota bidadari,
Di antara rimbun hutan,
Yang ditemani kunang-kunang malam,
Tempat sihir menggantung malu
Di situlah kantuk mencium mata
Senyum bidadari mengembang lalu pulas

Malam datang
Bersama cahaya yang memucat
Bulan merangkak naik menyentuh awan

Embun pagi membasahi daun
Kesegaran indah lunakkan hati
Indah bersemarak meliputi jiwa

Azan

Bersabdalah, maka hatiku akan terang
Aku diam dalam sujudku, menanti sabdaMu
Seperti malam menunggu ditemani bintang-bintang dengan sabar

Pagi telah datang, gelap telah pergi
Suara azan subuh membahana awan dan jatuh di dalam aliran emas
Azan itu membubung, sebagai nyanyian yang akan membuka hati
Seperti bunga mawar yang tumbuh di lembah hutan yang menghijau

Sabtu, 05 Juni 2010

Cinta Ibu

Cinta ibu adalah tanpa syarat
Apa yang harus kulakukan hanya menjadi diriku inilah
Menjadi anaknya
Cinta ibu tak perlu diminta
Karena
Ibu adalah perahu
Ibu membawa anak anak ke dermaga kebahagiaan
Ibu sebagai perahu
Anak anak adalah penumpang
Perahu akan mengembangkan layarnya
Untuk membawa anak anak sampai tujuan degan selamat
Ibu merupakan pelepas dahaga,
Jika kita merasa haus
Ibu sebagai penyejuk disaat kita kepanasan
Ibu bisa membawa jalan tengah,
Jika kita bimbang
Ibu selalu memberi tidak seperti neraca yang selalu dipertimbangkan
Ibu selalu identik dengan kasih,
Disetiap elusannya sebagai tetes embun di pagi hari
Ibu sebagai matahari yang selalu menyinari kehidupan
Ibu sebagai lilin ditengahkegelapan
Ibu kasihmu sangat abadi

Kamis, 03 Juni 2010

Amuk Ombak

Ombak naik turun
Kadang tenang
Terkadang lirih bagai angin
Pada cuaca terang cerah
Terkadang bergerak cepat
Bagai angin mengandung hujan
Terkadang gelisah
Seperti kepak sayap ribuan burung bermigrasi pada pergantian musim
Kemudian bergemuruh
Di dini hari mengamuk, menyerang yang dilalui
Tanpa ampun
Siapapun dihabisi rata dengan tanah
Setelah itu lalu tenang di keabadian

Kesabaran Dan Rasa Syukur

Beberapa buku biografi dari sejumlah orang terkenal yang pernah saya baca, saya selalu terpukau dengan besarnya kesabaran dan agungnya ketabahan mereka. Deraan musibah itu mereka anggap sebagai tetesan air dingin yang memercik di kepala mereka. Mereka tak tergoyahkan laksana gunung, dan menancap jauh ke dalam kebenaran. Dalam waktu singkat mereka dapat melupakan semua kesedihan itu dan wajah mereka kembali berbinar menyorotkan cahaya kemenangan.

Ternyata kesabaran merupakan penghubung kedekatan antara kita (yang tercipta) dengan Sang Pencipta. Kesabaran adalah senyawa antara ketaatan, penghornatan, dan keiklasan dalam kehidupan kita masing masing.

Apakah kita pernah berpikir, bahwa berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki sering kali menjadi bengkak bila digunakan jalan terus menerus tiada henti? Apakah kita merasakan bahwa berdiri tegak di atas kedua betis itu sesuatu yang gampang, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan suatu ketika patah?

Perasaan syukur merupakan kunci untuk merasakan nikmat atau bahagia. Dalam keadaan apapun, harus selalu bersama Sang Pencipta di setiap saat. Apabila tidak ada rasa syukur, maka apapun yang kita rasakan, kenikmatan atau bahagia itu tidak ada. Di dalam rasa syukur, maka akan ada iman, optimis, positive thinking terhadap Sang Pencipta.

Didalam pribadi yang sabar dan syukur, tak ada hal yang salah ataupun benar, karena kebenaran itu sendiri ada pada Sang Pencipta. Cinta dan kasihNya mewarnai ruh kehidupan.

Selasa, 01 Juni 2010

Derita Membawa Jalan Cinta

Setelah membaca kisah hidup Jalaludin Rumi, Kahlil Gibran, Pema Chodrom, Mahabarata dan tulisan Gede Prama. Ternyata derita itu bisa mencerahkan.

Derita memang mempunyai wajah ganda, menyakiti atau membuat suci. Derita yang penuh kesakitan, apabila manusia penuh api sakit hati dan balas dendam. Derita yang membuat suci, apabila dalam derita ada bimbingan kehidupan. Manusia dapat mendekati cahaya, dalam gelap maupun terang.

Orang yang beruntung, yaitu mereka yang dibuat suci oleh derita, karena banyaknya derita, ia menjadi seagung samodera.

Kebahagiaan memang menawan, tetapi tidak mengajarkan apa apa.

Derita memang penuh air mata, tetapi membuat manusia menjadi lebih sempurna. Bukankah Jalaludin Rumi, bercahaya akibat derita kehilangan guru dan buku, Kahlil Gibran, lahir dan tumbuh dalam penderitaan. Arjuna, meraih pencerahan dalam kesedihan amat mendalam. Pema Chodrom, memasuki gerbang pencerahan, setelah langit kesetiaannya pada suami diruntuhkan oleh perceraian.

Derita kerap membuat manusia peka. Derita memaksa manusia menyadari secara mendalam, bahwa dirinya saling terhubung dengan makluk lain dalam kehidupan.

Apa yang dilakukan seseorang di dalam kehidupan, seperti menjadi: baik-buruk, suci-kotor, benar-salah, akan kembali ke dalam dirinya sendiri.

Derita juga membuka jendela cinta. Seperti pencarian jiwa ke dalam diri melalui puasa, zikir dan doa. Amat jarang seseorang yang berdoa minta agar menderita. Tetapi kenapa derita tetap saja berkunjung sebagai tamu kehidupan, kadang datang melalui bencana, kematian, kesialan, kegagalan.

Apabila seseorang telah diterangi pemahaman tentang derita, maka akan tertanam dalam diri “ derita membuka jalan cinta.” Dan tau, bahwa derita juga sebentuk cahaya penerang perjalanan.

Bukankah kedalaman hati bisa membuka diri ke dalam batin yang menemukan puncak keheningan dalam aneka guncangan.

Senin, 31 Mei 2010

Ruh Manusia - Human Spirit

Setelah membaca buku “Kunci Tasawuf: Menyingkap Rahasia Kegaiban Hati” oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani, ruh manusia itu hanya ada dalam dua keadaan, yaitu keadaan bahagia dan keadaan sengsara. Apabila dalam keadaan sengsara atau menderita, maka muncullah perasaan-perasaan rendah, gelisah, gundah, muram, tidak iklas, mengkritik dan menyalahkan Allah, tidak sabar dan tidak bertawakkal, sehingga lahirlah akhlak buruk, menyekutukan Allah dengan makluk dan akhirnya tidak percaya. Dan apabila sedang merasa senang, maka ia menjadi mangsa ketamakan dan kerakusan serta hawa nafsu kebinatangan. Nafsunya tidak pernah merasa puas, sehingga ia tidak pernah lepas dari kesusahan dan penderitaan.

Jika ketika dalam kesengsaraan, maunya agar kesengsaraan itu dihilangkan. Apabila diberi kesenangan dan kemewahan tidak membuat senang, tetapi malahan membuat tamak, dengki, ingkar dan melakukan dosa serta melupakan penderitaan yang pernah dialami..maka akan kembali ke keadaan semula yaitu kesusahan dan penderitaan yang pernah dialami. Apakah dengan cara dihukum akan menjadi sadar dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan noda. Sebab, kesenangan dan kebahagiaan itu tidak dapat menyelamatkan, sedangkan kesengsaraan dan penderitaan menyelamatkan.

Sekiranya penderitaan, kesusahan dihilangkan, maka berbuat baik, patuh dan ikhlas kepada Allah, maka akan baik dikemudian hari. Oleh karena itu siapa yang menghendaki keselamatan hidup dunia dan akhirat, maka hendaklah bersabar, bertawakal kepada Allah.

Ada sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Atha bin Abbas yang diterimanya dari Abdullah bin Abbas. Diceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, “Ketika aku menunggang kuda di belakang Nabi Muhammad s.a.w.. beliau bersabda kepadaku, “Wahai anakku, jagalah atau peliharalah kewajibanmu terhadap Allah, niscaya Allah memeliharamu dan peliharalah kewajibamu terhadap Allah, niscaya kamu akan mendapatkan Allah berada di hadapanmu.”

Oleh karena itu, apabila kita meminta mintalah kepada Allah dan apabila memohon memohonlah kepada Nya. Apabila kita mampu melakukan seluruh perintah Allah dengan iklas maka kita harus lakukan. Tetapi jika tidak mampu lebih baik bersabar terhadap sesuatu yang tidak kita sukai,mungkin dibalik itu terdapat kebaikan. Sesungguhnya pertolongan Allah itu datang melalui kesabaran. Dan bersama kesusahan itu terdapat kesenangan. Setiap orang yang beriman hendaklah menerapkan hadits Nabi ini, agar selalu mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat kelak serta menerima rahmat dan kasih sayang Allah.

Jumat, 28 Mei 2010

Menguras Isi Perut Bumi


Bersama anak anak
Di saat matahari mulai menyengat kulit
Kami turuni jalan, lembah, bukit, hutan dan sungai
Hingga sampai di tempat yang banyak isi perut bumi
Yang siap digali hingga ludes

Rasanya ingin mencegah roda roda alat berat
Tapi kenapa ku tak mampu
Hingga kapan isi perut bumi dikuras
Sampai tak bersisa
Kenapa tidak disisakan untuk anak cucu?
Apakah pemorosessan isi perut bumi seperti membalik tangan?
Mulai kapan?
Tidak semalam
Bertahun tahun
Bahkan jutaan tahun
Baru terbentuk
Menjadi timbunnan batu bara

Rahasia Qolbu

Setelah lapar ada kenyang. Setelah haus ada kepuasan. Setelah begadang ada tidur pulas. Setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu. Dalam kesulitan ada kemudahan. Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman.

Kobaran api tidak mampu membakar nabi Ibrahim, “Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim“ {QS. Al – Anbiya : 69}

Lautan luas tak akan menenggelamkan Nabi Musa, “Sekali kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya ,Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku“ {QS. Asy’ ara”: 62}

Allah hendak menerangkan [ hukum syariat kepadamu dan menunjukimu kepada jalan jalan orang sebelum kamu (para nabi) dan menerima taubatmu. Dan Allah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana {Q.S An – Nisa: 26 – 27}

Mudah-mudahan jalan keluar terbuka, dan kita bisa mengobati jiwa kita dengan doa. Janganlah putus asa ketika keraguan menggenggam kita. Marilah kita melakukan apa yang benar, dan tinggalkan dari semua yang tidak berguna. Dengan berdoa dan bersabar menjadi sumber kekuatan untuk mencapai kemuliaan.

A Journey to The Land Clearing Area


Malam ini teramat gulita. Pekat meraba. Udara dingin seperti membeku, semua pada tidur. Tidur untuk masa depan. Kedua anakku tidur juga. Dengan mata terpejam. Mata itu seperti sebuah sumur. Sumur yang sejuk dan bening. Dari mata itu udara menjadi sejuk . mencipta sungai-sungai di malam hari. Rasa sejuk menggenang di dada. Angin malam membawa kesejukan. Yang melintasi kebun, sungai, sawah, dan kebaikan. Menyebar keseluruh sanubari. Putih senyap selembut doa-doa yang tak pernah putus.

Kutinggalkan sementara kedua anakku. Kusambut pagi dalam perjalannan. Aku bisu, aku termanggu. Kuberpikir, apakah mimpi-mimpi dapat diulang berkali-kali? Mataharipun menjilati sisa mimpiku yang masih ada. Yang kutemui di dalam mimpi adalah taman bunga mawar, mata dan purnama. Yang tetes embun pertamanya menyentuh kelopak bunga mawar. Berkatilah bunga mawar mekar itu. Ada bundaran terang bercahaya di langit biru. Menyingkap kabut malam. Bersama udara yang penuh wangi bunga mawar.

Cahaya pagi menyapa penuh keramahan dan kelembutan. Langit biru cemerlang digores semburat merah dilengkung langit. Tempat munculnya matahari yang selalu rutin dan teratur menyapa kita. Merupakan hadiah alam yang harus kita jaga agar seimbang.

Siang datang. Ada sepasukan burung terbang di awan. Menuju rimbunnya pohon. Tapi kenapa tidak jadi? Apakah pindah ke sarang yang lain? Apakah dahan, ranting dan daun tidak merana? Lalu menjadi luruh dan mati karena kesepian. Tak ada kicau burung. Apakah semalam baru hujan? Atau ada angin ribut? Adakah yang murka?

Petang pun datang. Dengan kesibukan di pantai. Kita akan berlayar menuju pantai seberang. Di pantai yang tak bertepi itu senyum-Mu diam, mendengarkan, suara nyanyianku yang tak berirama, seperti ombak, bebas dari ikatan kata.

Apakah belum sampai? Masih adakah pekerjaan yang belum selesai? O, ternyata malam akan turun. Menutup pantai dan mentari kembali ke peraduan. Burung laut pun kembali ke sarangnya. Dan kapal pun hilang ditelan malam.

Kenapa laut kesepian? Padahal sudah dipecahkan kicauan burung. Pasir di tepi pantai dengan gembira menerima kilau emas matahari. Kami terus bergegas, berjalan terburu-buru. Kenapa tidak mendendangkan sebuah lagu? Bersama kegembiraan alam. Kami menuju hutan untuk membuat hamparan kebun yang menghijau subur penghasil minyak nabati. Kami tidak berkata-kata, juga tidak tersenyum. Kami tak menikmati jalan lagi. Kami terburu-buru menghindari matahari yang semakin merayap ke puncak, melintasi daun-daun yang menguning, melayang-layang dibawa angin hutan.

Kami sudah sampai. Terdengar suara nyanyian di depan pondok. Nyanyian itu sampai di sudut telingaku. Siapakah yang berdiri di depan pondok itu? Tetapi kenapa nyanyian itu lama kelamaan menjadi kesedihan? Kesedihan yang bercampur dengan kepiluan mengaduk-aduk mata hati.

Saat terakhir pembersihan. Ada satu pohon berdiri sendirian. Hanya ditemani dahan, ranting, dan daun. Sepertinya dalam kesepian ia berdiri. Siapa yang datang dibawah ranting sepinya? Pohon itu tidak berani bergerak walau diterpa angin, hujan. Pohon itu tidak tau bagaimana cara menjaga agar tidak rusak. Sepertinya ia takut dalam bergerak. Kenapa yang berteduh tak jua pergi? Adakah yang tega menjamah pohon itu? Bagi pohon itu bayangan maut sepertinya selalu datang, begitu saja dari langit tak terjangkau. Di langit-langit itu, bayangan sangat angkuh dan datar bagai raksasa. Gema cengkeraman tangan-tangan besi akan selalu muncul di setiap saat, datang bagai angin pergi tanpa belas kasih.

Yang bagaimanakah cinta lingkungan itu? Atau hanya menggalihkan fungsi. Dari hutan tersier menjadi hamparan kebun yang menghijau subur penghasil minyak nabati.

Bulan muncul mengambang di langit. Memancar aura sepuh kuning keemasan. Pada gelombang awan hitam. Dan malampun semakin pekat.

Kamis, 27 Mei 2010

Hujan

Musim hujan

Hujan turun tak kenal waktu
Kadang kepagian
Terkadang sore hari
Yang disebar oleh langit merata ke bumi
Udara terasa lebih dingin
Masuk ke dalam pori-pori kulit
Bulu tangan berdiri
Menggigilkan tengkuk

Hujan turun seperti tirai benang panjang
Tidak berhenti
Ujung-ujung hujan menari di bumi
Dan langitpun seperti cendawan raksasa yang di tutup awan pekat



Memanjat hujan

Hujan datang
Jalannan basah
Pohon-pohon di pinggir jalan
Meliuk-liuk diterpa hujan
Rintik hujan seperti helaian benang
Yang bisa dirajut menjadi selendang
Tanah dan hujan membuat tarian
Bersama angin sepoi dan helaian hujan
Melilit bukit
Kupanjat hujan
Menuju langit

Selasa, 25 Mei 2010

Maha Mencukupi

Pulang dari panti asuhan saya bertanya-tanya, seberapa banyak yang diperlukan untuk kebutuhan penghuni panti? Saya hampiri salah satu anak yang kelihatannya lebih cerdas. Saya tanya,
“Nak, anak siapakah kamu hai bocah manis?”
“Aku anak yatim piatu, aku kehilangan Ayah, Ibuku.”
“Apakah kamu tak mau diasuh orang tua yang tidak memiliki anak?”
Si anak menjawab, “Setiap orang yang mau mengambil aku, aku selalu bertanya. Apakah Bapak dan Ibu akan memberi makan ketika aku lapar?” bapak itu menjawab,”Ya tentu.”
“Apakah engkau akan memberiku minum ketika aku haus.”
“ Ya, tentu.”
“Apakah engkau memberi pakaian ketika aku telanjang?”
“ Ya.”
“ Apakah engkau akan menghidupkanku ketika aku sudah mati?”
“ O ini tak mungkin nak.”
Maka si anak pun menjawab, “ Kalau begitu tinggalkan aku bersama Dzat yang telah menciptakan aku, memberi rizki, mematikanku, kemudian menghidupkanku kembali.”
Saya pikir benar juga si anak kecil ini. Barang siapa yang bertawakal kepada Allah pasti Dia mencukupi.

Pantai


Dipantai yang tak bertepi
Tampak langit seperti mengurung bumi
Ada ombak menggulung pantai

Di pantai yang tak bertepi
Kanak-kanak menari-nari bersorak riuh gembira
Kanak-kanak mendirikan rumah pasir bersama karang
Kanak-kanak menganyam kapal dari daun kering
Dan dilayarkan ke laut tak bertepi
Kanak-kanak tak melemparkan jala
Pencari mutiara menyelam dari kapalnya
Kanak-kanak malah mengumpulkan batu lalu di lempar kembali ke laut

Kanak-kanak tak mencari harta terpendam
Kanak-kanak tak bisa melempar jala
Kanak-kanak berenang diangkat ombak
Mereka tertawa bersama senyuman pantai
Ombak melagukan nyanyian
Untuk kanak-kanak,
Seperti ibu yang mangayunkan buaian anaknya

Di pantai tak bertepi
Kanak-kanak berkumpul
Ada badai dilangit
Menenggelamkan kapal pencuri ikan tanpa bekas
Maut mengintai
Di pantai yang tak bertepi
Kanak-kanak tetap ramai berkumpul di pantai tanpa batas

Minggu, 23 Mei 2010

Kemilau Intan Cempaka - TRADITIONAL DIAMOND DIGGING

Ketika melihat pameran perhiasan, maupun koleksi pribadi, terutama yang berbau bau ‘intan’. Apakah pernah membayangkan di balik keindahan, kegemerlapan intan tersebut, tersimpan perjuangan yang teramat panjang. Apakah juga pernah terpikir dari mana asal intan itu, siapa yang mengambil dan bagai mana cara mengambil intan tersebut.

Intan yang kita buru adalah intan yang berada di Kalimantan Selatan. Tepatnya di kecamatan Cempaka, Banjarbaru kota. Apabila dari Bandara Udara Samsudin Noor, bisa memakan waktu sekitar 45 menit. Menurut topografi, ketinggian Cempaka antara 50 -150 meter di atas permukaan laut. Maka dari itu, kawasan pendulangan intan dikelilingi bukit bukit.

Kawasan pendulangan intan tradisional di kecamatan Cempaka, banyak tersebar di kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan ini memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yakni; Pumpung dan Ujung Murung. Pumpung terkenal karena penemuan intan sebesar telur ayam dengan berat 167 karat ditemukan pada tahun 1965. Intan tersebut diberi nama Trisakti.

Sejarah Intan Trisakti. Sebelum tahun 1965, di Cempaka tidak ada yang istimewa mayoritas penduduknya bertani, tetapi ada juga yang berdagang, berkebun dan mendulang (tidak begitu dominan). Namun suasana Cempaka mendadak berubah ketika Matsam dkk, 26 Agustus 1965 menemukan galuh (intan) dengan berat 167 karat.

Penemuan intan yang konon terbesar di dunia pada tahun itu mendapatkan perhatian yang luar biasa dari masyarakat. Bukan hanya dari Cempaka ataupun kota, melainkan dikenal di seluruh dunia. Bahkan berdasarkan hasil penelitian, kandungan mineral ternyata kualitasnya sangat baik. Secara tiba tiba penemuan itu memberi ekses bagi Cempaka. Oleh sebab itu berdatanganlah para pendulang dari luar daerah Cempaka untuk ikut mengadu nasib mencari intan nan mempesona. Cempaka pun ramai menjadi buah bibir dan seakan tidak ada habisnya. Intan memang menjadi magnet yang luar biasa bagi siapa saja.

Selain itu, juga menjanjikan materi bagi penemu intan dan memberikan harapan besar untuk kenaikan status sosial, wibawa, serta gengsi pada masyarakat. Itulah yang dialami Matsam dkk. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah,mereka diberangkatkan haji lengkap dengan akomodasinya. Ketika sampai di Cempaka, mereka disambut meriah di sepanjang jalan bahkan diarak keliling kampung. Sebagai imbalanya , intan dibawa ke Jakarta. Katanya untuk menjadi milik Negara dan sebagai penggantinya, Matsam dkk dijanjikan mendapat semacam jaminan sosial dari pemerintah saat itu. Sayangnya, sampai sekarang keberdaan intan Trisakti tidak diketahui kabarnya, dimana, dan ada di tangan siapa.

Seiring dengan waktu, jaminan sosial yang dijanjikan tidak pernah terealisasi, sehingga Matsam dkk pun harus rela kembali mendulang, karena dapur mereka harus terus mengepul. Penyebab utamanya adalah rendahnya pendidikan dan ketidak berdayaan masyarakat kecil untuk menuntut haknya membuat mereka jadi termarjinalkan. Meskipun demikian, masyarakat tidak mau introspeksi dari pengalaman tersebut. Kemilau intan membuat mereka lebih mementingkan si intan ketimbang pendidikan. Sungguh orientasi nilai budaya yang hanya dilihat sesaat saja.

Seakan melihat potensi yang tersembunyi, pemerintah daerah kemudian menjadikan pendulangan Cempaka sebagai salah satu obyek wisata bagi Kalimantan Selatan. Hal ini membuat semakin ramai Cempaka. Orang tidak hanya datang untuk mengadu nasib, tetapi untuk melihat begaimana cara mendulang intan. Menariknya, oleh gubernur Kalimantan Selatan. Gusti Hasan Aman didirikan Monumen Intan Trisakti di Cempaka untuk mengenang penemuan intan tersebut. Monumen yang diresmikan 11 November 1997 itu seakan menjadi saksi bisu bagaimana rakusnya manusia mempertahankan hidup.

Bagi pemerintah daerah, intan Trisakti adalah kebanggaan, karena dengan itu menjadi terkenal seantero dunia. Tetapi bagi para pendulang, monument Trisakti adalah monument kesedihan. Monumen diterlantarkan pendulang, mereka masih tetap berjibaku dengan lumpur sepanjang waktu. Bahkan, merupakan monumen kelalaian pemerintah yang tidak tanggap menggurus penyelundupan intan terbesar sepanjang sejarah itu.

Para pencari intan ini disebut sebagai pendulang. Bagi masyarakat Cempaka, mendulang merupakan pilihan hidup, karena menjadi pendulang hanya bermodalkan harapan. Apa jadinya apabila harapan sudah di depan mata kemudian hilang begitu saja? Tragedi itu pasti akan menimbulkan trauma bagi masa depan profesi pendulang intan.
Contohnya, anak-anak (terutama laki-laki), pendulang kecil ini kebanyakan masih duduk di bangku sekolah dasar kira-kira kelas 4, Sungai Tiung, Cempaka, kebanyakan bercita-cita menjadi pembelantik (pedagang perantara dari tangan pendulang intan ke pedagang lainnya). Pekerjaan membelantik dianggap lebih mempunyai masa depan dibandingkan dengan mendulang, karena selama ini para pendulang tidak ada yang bisa kaya, walaupun penemuannya menyilaukan dunia. Untuk itu anak-anak bersemangat mendulang dengan harapan mendapatkan rezeki nomplok untuk modal menjadi pembelantik.

Menjadi pendulang yang penghasilannya kecil juga sangat menguras tenaga. Mulai dari pagi hingga sore hari tubuh terpapar sinar matahari. Menurut para pendulang, apabila tidak terbiasa mendulang, sekujur tubuh akan terasa remuk dan pinggang pegal-pegal. Namun, mengapa tetap saja ada pendulang? bukankah sebagai petani lebih juga menjanjikan? Kata para pendulang yang dewasa, bertani memang mendapatkan penghasilan tetap, sedangkan mendulang biarpun tidak berpenghasilan tetap apabila beruntung akan mendapat intan yang tak terduga. Bagi mereka mendulang intan sudah mendarah daging. Mulai dari kakek neneknya, sehingga kebiasaan itu sulit diubah. Menurut mereka mendulang tidak memerlukan ijazah tinggi, tidak ada tes, tidak perlu mengisi biodata, dan tidak perlu takut ditolak. Karena syarat utamanya adalah sehat jasmani rohani. Pendidikan bukan hal yang utama, sehingga banyak dari mereka hanya lulusan SD, bahkan ada yang tidak lulus.

Menurut mereka mendulang dapat menghidupi keluarga. Jika mujur bisa mendapatkan intan, maka bisa menunaikan ibadah haji. Naiklah status sosial di masyarakat. Tanpa disadari, pendidikan yang dilupakan justru menjadi bumerang dalam mengelola hasil penjualan intan. Tidak mengherankan jika ada pendulang yang pagi miskin, sorenya menjadi kaya, dan besoknya bisa miskin lagi.

Kehidupan pendulang dimulai saat mereka bergabung menjadi anggota kelompoknya. Pagi pagi kurang lebih pukul 08.00 WITA mereka berangkat menuju pendulangan. Ketika di sana , tidak langsung bekerja, tetapi mereka singgah ke warung terlebih dahulu. Untuk yang satu ini mereka gratis, karena yang membayar adalah tetua luang (ketua kelompok pendulang). Penjaga warung mencatat transaksi dalam buku khusus. Ketika istirahat siang, mereka kembali ke warung dan makan minum sepuasnya, tidak lupa rokok dan wadai (panganan kecil). Jika cepat selesai, maka sore hari bisa pulang, jika tidak sampai malam, maka akan lebih banyak lagi biaya yang dikeluarkan oleh tetua luang.
Jika tidak mendapatkan intan hari itu, maka para pendulang tidak perlu khawatir kelaparan, karena tetua luang sangat baik hati memberikan pinjaman bagi kebutuhan keluarga. Makan minum selama mendulang tidak perlu khawatir, karena tetap mendapat jatah.
Klimaksnya ketika mendapat intan, pendulang tidak langsung mendapat bagian, karena harus dipotong sana sini. Seandainya dari intan yang diketemukan terjual 100 juta, maka para pendulang hanya mendapatkan bagian bersih 6 juta. Hal ini diketahui dari sistem pembagian tidak tertulis yang menempatkan para pendulang pada posisi tawar rendah. Harga jual dibagi dua dengan rincian 50 juta untuk pemilik modal dan 50 juta dibagi jumlah pendulang. Pembagian untuk pendulangpun tidak langsung diterima, karena harus dikurangi biaya makan minum. Sisa bersih hanya sekitar 6 juta. Paling lama satu minggu mereka dapat menikmati uang tersebut di zaman yang serba mahal ini.

Proses pendulangan intan dilakukan warga tiap hari, dari pagi hingga petang. Sedangkan, pada hari Jum’at dan hari hari besar Islam, mereka tidak mendulang intan. Selain itu, hal hal yang bersifat tak terduga, seperti longsor, banjir angin ribut. Hari hari tersebut menjadi hari libur mereka.
Dari tempat mereka berkumpul, mereka berjalan beriringan dengan membawa peralatan peralatan mendulang. Peralatan utamanya adalah lenggangan (semacam caping atau tangguk besar terbuat dari kayu). Alat ini digunakan dengan cara melenggangkan (mengayak air) di atas permukaan air untuk memisahkan pasir dan tanah dengan butiran intan.
Mereka memulai pekerjaan dengan menembak lubang galian (diperkirakan memiliki ke dalaman antara 10 sampai dengan 50 meter) dengan cara menyemprotkan air lewat pipa. Materi tanah dan batu yang terkikis di dasar lubang mereka angkat dengan cara menyedotnya menggunakan mesin. Penyedotan dilakukan oleh 3 sampai 5 orang. Materi yang tersedot disaring disebuah bangunan berbentuk menara yang diletakan di bibir lubang galian. Hasil penyaringan itulah, mereka kumpulkan dalam sebuah kolam. Kemudian dimulailah kegiatan melenggang.
Para pendulang intan bekerja secara berkelompok. Satu lubang galian dikerjakan oleh satu atau dua kelompok. Mereka menganut system abain, yaitu system bagi hasil antara pemilik lahan, pemilik mesin sedot, penggali lubang, dan pelenggang. Satu prinsip yang mereka pegang erat bersama adalah kejujuran.
Sementara lewat tengah hari, biasanya para pendulang intan dan pembelantik menawarkan intan mentah pada wisatawan yang datang. Beberapa warga menawarkan berbagai ukuran intan mentah, dengan mempersilakan calon pembeli memeriksanya lewat alat bernama kekeran. Bagi mereka yang ingin memiliki intan mentah tersebut, jual belipun bisa dilakukan langsung dengan mereka. Dengan harga yang relative murah. Akhirnya intan tersebut menjadi oleh oleh yang bisa dibawa pulang.

Waktu terus berlalu, kehidupan masyarakat Cempaka terus berlangsung. Begitu pula pendulangan intan terus dilakukan. Sudah tak terhitung ribuan, bahkan mungkin jutaan butir intan digali dari perut bumi Cempaka nan eksotis. Tidak terhitung juga korban cidera hingga meninggal gunia akibat mendulang. Tetapikehidupan tetap kehidupan yang terus berlangsung walaupun manusianya berganti generasi.

Kini kearifan budaya mendulang sudah tidak ada lagi, diganti dengan deru mesin sedot yang mengaum sangar menguras isi perut bumi Cempaka. Lubang lubang besar sisa penggalian ditinggalkan begitu saja menganga. Suasana asri dengan hamparan sawah, sungai nan jernih, dan nyanyian burung sudah tidak ada lagi. Tinggallah cerita tentang keindahan alam, kesejukan udara, dan para ibu dengan anaknya yang mencuci pakaian di sungai. Inilah ironi cerita tentang Kemilau Intan Cempaka.

Sabtu, 22 Mei 2010

KISAH SEHELAI SASIRANGAN (Kain khas Banjar)

Banjar? Tau soto Banjar? Wadai (kue) bingka? Lupakan dulu makanan yang lezat, di kota Seribu Sungai, alias Kalimantan Selatan. Mari kita jelajahi kota, untuk mengetahui asal usul Kain Sasirangan.

Melihat kain sasirangan yang berwarna warni itu, rasanya penasaran ingin mengetahui seberapa panjang perjalannan yang ditempuh, dan ada apa di balik motif-motif kain sasirangan yang indah itu.

Konon menurut cerita, kain sasirangan itu di kenal dengan nama’ Kain Pamitan’. Istilah pamitan, singkatan dari parmintaan (permintaan), maksudnya adalah selembar kain putih yang diberi warna tertentu dengan motif tertentu, atas permintaan seseorang yang berobat kepada seorang pengrajin kain pamintan. Dengan menggunakan kain pamintan tersebut, maka diharapkan penyakitnya akan menjadi sembuh.

Kain pamintan tersebut berfungsi sebagai sarana pengobatan, ( petunjuk tabib), seperti sakit perut, sakit kepala, bisul, sawan, badan panas dingin, kapingitan, bahkan sampai pada penyakit gangguan jiwa, serta sakit yang disebabkan oleh gangguan makhluk halus atau gangguan roh jahat.

Apabila penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh, atau menjadi kronis.

Maka pengobatan alternatif (non medis) ini disebut “batatamba” dengan mempergunakan kain pamintan, yang dipakaikan secara terus menerus sampai sembuh.

Salah satu bentuk terapi yang dilakukan (petunjuk tabib), adalah kain pamintan tersebut diikatkan di kepala penderita bagi yang sakit kepala, yang dipakaikan pada waktu senja hanya sapanginang (selama makan sirih/sesaat) untuk yang menderita sakit kronis.

Apabila kain pamintan diselimutkan pada seluruh badan pada waktu tidur malam hari, diperuntukan bagi yang berpenyakit demam. Kadang kadang kain pamintan tersebut disarungkan saja.

Anak anak yang sering sakit, seperti kapidaraan (kena sapa roh halus), kapuhunan (dapat celaka/dapat bencana) dan selalu menangis, maka dibuatkan ayunan dari kain pamintan, yang disebut ayunan laki untuk anak laki laki, dan ayunan bini untuk anak perempuan.

Kain pamintan tersebut juga dipergunakan sebagai laung ikat kepala bagi penderita gangguan jiwa atau sakit karena gangguan makhluk halus yang dikenal dengan nama laung laki, untuk laki laki, dan laung bini untuk perempuan.

Sebagai proses pengobatan, (nasehat tabib), maka proses pembuatan kain pamintan, dilaksanakan agak tertutup yang artinya tidak bisa dilihat umum.

Kain pamitan dikenal di Kalimantan Selatan sekitar abad ke XVI.

Selain sebagai pengobatan, kain sasirangan merupakan salah satu kain adat khas suku Banjar. Menurut mitos, pada abad ke XVI. Konon patih kerajaan, “Lambung Mangkurat” bersemadi 40 hari di atas rakit di sungai, untuk mencari pendamping. Di akhir semadi, muncul seorang putri yang bersedia untuk dinikahi. Syaratnya sang patih harus membuatkan kain kuning keemasan berupa kain ‘cacalupan’ yang dikerjakan oleh 40 gadis dalam 40 hari. Kain ‘cacalupan’ (kain yang dicelup setelah dijelujur) ini, menjadi dasar cara pembuatan kain sasirangan.

Cara pembuatan kain sasirangan. Memiliki cara pewarnaan yang sama dengan batik, yaitu dengan mencelup rintang. Perbedaannya terletak pada bahan dan pewarna. Batik menggunakan malam, sedangkan sasirangan menggunakan bahan pewarna alami. Untuk warna kuning, berasal dari umbi kunyit atau temulawak. Merah, berasal dari zat gambir, buah mengkudu, kesumba atau lombok merah. Hijau, berasal dari daun purdak atau jahe. Hitam, berasal dari kabuau atau uar. Ungu, berasal dari biji gandaria, atau buah kemiri. Coklat, berasal dari kulit buah rambutan. Dari keenam warna pokok tersebut apabila dicampur dengan berbagai rempah rempah, maka dapat digunakan sebagai pengawet warna. Untuk menajamkan warna atau membuat warna menjadi lebih muda, maka ditambahkan salah satu bahan seperti garam, jintan, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapur, tawas, cuka atau terasi dll.

Sebelum diwarnai, mula mula kain putih di lukis motif yang sudah dipola, lalu dijelujur atau dijahit, kemudian diwarnai. Setelah pewarnaan, benang dilepas dari jahitan. Dicuci lalu dikeringkan, kemudian disetrika, maka jadilah sehelai kain sasirangan.

Motif motif sasirangan ada yang digunakan sebagai penolak penyakit dan pakaian harian.

Motif-motif yang digunakan sebagai penolak penyakit yang diderita oleh si sakit. Antara lain:

  1. Motif naga balimbur laki bini, motif ini berfungsi untuk mengobati sakit kepala, yang menusuk nusuk.
  2. Motif kangkung kaombakan, motif ini berfungsi untuk mengobati rasa bergoyang goyang di kepala.
  3. Motif ombak sinapur karang, motif ini berfungsi untuk mengobati rasa hanyut dan bergelombang di kepala.
  4. Motif ular lidi, motif ini berfungsi untuk mengobati sakit kepala disertai rasa menusuk nusuk di mata.
  5. Motif pancar matahari, motif ini berfungsi untuk mengobati sakit di kepala apabila hari sudah siang.
  6. Motif kumbang bernaung di bawah pohon, motif ini berfungsi untuk mengobati sakit gila atau kurang ingatan akibat diperbuat orang dengan cara halus (ghaib).
  7. Motif wanita menangis di bawah pohon, motif ini berfungsi untuk mengobati stress.
  8. Motif teratai dalam taman, motif ini berfungsi untuk mengobati sakit gila.
  9. Motif naga di langit (pelangi), motif ini berfungsi untuk mengobati penyakit tercebur di air (tenggelam).
  10. Motif megawati, merupakan motif yang paling jarang dibuat dan apabila dibuat lamanya adalah 2 hari, 2 malam, motif ini berfungsi untuk mengobati penyakit gila tujuh turunan (gila sekeluarga).

Motif sasirangan yang dipakai untuk pakaian harian, motifnya antara lain: bunga cengkeh. Dara menginang. Daun jaruju. Turu dayang. Hiris pudak. Banawati. Naga balimbur. Bayam raja. Gigi haruan tampuk manggis. Dara mendung. Awan bairing. Tampuk manggis. Melati. Mawar. Dan lain lain.

Kain sasirangan juga memiliki motif ‘jajumputan’ seperti di jawa (jumputan) dan Sumatra (pelangi).